Tanggal: 4 November 2025
📖 Bacaan Pertama
Rm. 12:5-16a
Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia.
Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia.
Jadi bagaimana? Israel tidak memperoleh apa yang dikejarnya, tetapi orang-orang yang terpilih telah memperolehnya. Dan orang-orang yang lain telah tegar hatinya,
seperti ada tertulis: “Allah membuat mereka tidur nyenyak, memberikan mata untuk tidak melihat dan telinga untuk tidak mendengar, sampai kepada hari sekarang ini.”
Dan Daud berkata: “Biarlah jamuan mereka menjadi jerat dan perangkap, penyesatan dan pembalasan bagi mereka.
Dan biarlah mata mereka menjadi gelap, sehingga mereka tidak melihat, dan buatlah punggung mereka terus-menerus membungkuk.”
Maka aku bertanya: Adakah mereka tersandung dan harus jatuh? Sekali-kali tidak! Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain, supaya membuat mereka cemburu.
Sebab jika pelanggaran mereka berarti kekayaan bagi dunia, dan kekurangan mereka kekayaan bagi bangsa-bangsa lain, terlebih-lebih lagi kesempurnaan mereka.
Aku berkata kepada kamu, hai bangsa-bangsa bukan Yahudi. Justru karena aku adalah rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi, aku menganggap hal itu kemuliaan pelayananku,
yaitu kalau-kalau aku dapat membangkitkan cemburu di dalam hati kaum sebangsaku menurut daging dan dapat menyelamatkan beberapa orang dari mereka.
Sebab jika penolakan mereka berarti perdamaian bagi dunia, dapatkah penerimaan mereka mempunyai arti lain dari pada hidup dari antara orang mati?
Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan juga kudus, dan jikalau akar adalah kudus, maka cabang-cabang juga kudus.
🎵 Mazmur Tanggapan
Mazmur 131:1.2.3
Nyanyian ziarah Daud.
TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku.
Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku.
Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!
✝️ Bacaan Injil
Lukas 14:15-24
Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.”
Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang.
Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap.
Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan.
Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan.
Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.
Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh.
Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat.
Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh.
Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku.”
💭 Renungan
Sumber: Ziarah Batin 2025, OBOR Indonesia
Bentuk dan ukuran rumah di pedesaan yang terlihat besar sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan. Salah satunya untuk berpesta atau mengadakan perjamuan keluarga. Pesta keluarga dapat juga kita bayangkan sebagai perjamuan bersama Allah dalam Kerajaan Surga.
Dalam perjamuan ini, Allah mengundang kita semua. Kita diajak untuk menghadiri perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan pada hari-hari raya. Semakin sering kita menghadiri perayaan Ekaristi, semakin sering kita bertemu dengan Tuhan Yesus.
Sayangnya, sebagai pengikut-Nya, tidak semua dari kita serta-merta memenuhi undangan untuk menghadiri perjamuan Tuhan tersebut dengan penuh sukacita. Ada saja alasan yang membuat kita tidak menghadiri perayaan Ekaristi.
Kita lebih senang memprioritaskan kepentingan diri kita sendiri daripada menghadiri perayaan Ekaristi atau persekutuan bersama umat beriman lain dalam kegiatan lingkungan, wilayah, maupun paroki.
Padahal, tersedia begitu banyak anugerah dan rahmat bagi kita yang setia dan secara rutin menghadiri perayaan Ekaristi dan kegiatan-kegiatan menggereja lainnya. Maukah kita memenuhi undangan Tuhan untuk turut serta dalam perjamuan yang telah disediakan-Nya untuk kita?
🤖 Ringkasan & Refleksi (AI)
Dalam bacaan Pertama dari Roma, kita diingatkan tentang kasih karunia Allah yang memberikan kesempatan bagi sisa umat-Nya untuk menerima keselamatan. Ungkapan ini menekankan pentingnya kerendahan hati dan penerimaan akan anugerah yang tidak layak kita terima. Hal ini selaras dengan Mazmur 131 yang mengajak kita untuk menenangkan jiwa dan berharap kepada Tuhan, menunjukkan bahwa kehadiran kita di hadapan-Nya memerlukan sikap rendah hati dan pengakuan akan ketergantungan kita pada-Nya.
Dalam Injil Lukas, Yesus mengisahkan tentang seorang tuan rumah yang mengundang banyak orang ke perjamuan, namun mereka menolak undangan tersebut dengan berbagai alasan. Ini menggambarkan realitas kehidupan sehari-hari kita, di mana kita sering kali terjebak dalam kepentingan pribadi dan kesibukan yang membuat kita abai terhadap panggilan Allah. Kita diajak untuk merenungkan seberapa sering kita mengutamakan hal-hal duniawi daripada memenuhi undangan untuk bersekutu dengan-Nya dalam perayaan Ekaristi.
Melalui renungan ini, kita diingatkan akan pentingnya hadir dalam perjamuan Ilahi. Setiap kali kita berpartisipasi dalam Ekaristi, kita menerima rahmat dan anugerah yang membangun iman kita. Namun, kita harus berusaha melawan godaan untuk mengabaikan undangan tersebut demi kepentingan pribadi. Maukah kita menjawab undangan Tuhan dengan sukacita, dan hadir dalam perayaan yang telah disediakan-Nya, sehingga kita dapat merasakan kehadiran-Nya yang mengubah hidup dan menyelamatkan jiwa?
🙏 Doa
Ibu, Bapak, dan Saudara-saudari terkasih, marilah kita menutup permenungan hari ini dengan hati yang terbuka. Semoga kita semakin menyadari betapa berharga undangan Tuhan untuk datang ke perjamuan kasih-Nya. Dalam setiap Ekaristi, kita disatukan dengan Kristus dan diperkaya dengan rahmat yang menghidupkan jiwa.
Tuhan yang penuh kasih, bukalah hati kami agar tidak menolak undangan-Mu. Jadikanlah kami umat yang rindu hadir dalam perjamuan kudus-Mu, bukan karena kewajiban, melainkan karena cinta. Semoga setiap langkah menuju altar-Mu menjadi wujud kerinduan akan persekutuan yang sejati.
Dalam kelemahan kami, sering kali kami lebih memilih kesibukan duniawi daripada menyambut kasih-Mu. Pulihkanlah semangat kami yang layu, agar kami kembali menemukan sukacita dalam perayaan Ekaristi. Ajarilah kami memandang setiap pertemuan dengan-Mu sebagai sumber kekuatan hidup.
Kiranya setiap kali kami menghadiri perjamuan kudus, kami sungguh dipersatukan dalam kasih dan damai yang datang dari-Mu. Jadikanlah kami pembawa sukacita bagi sesama, dan mampukan kami untuk setia memenuhi undangan-Mu sampai akhir hidup kami. Amin.
Ya Tuhan, tuntunlah kami agar selalu berusaha menjadi bagian yang membentuk kebersamaan dalam perjamuan persaudaraan dalam kerajaan-Mu. Amin.
Artikel Lainnya
-
6 menit bacaan
-
Renungan 6 November 2025, Kembali ke Pangkuan Kasih Tuhan
8 menit bacaan -
Mengutamakan Kasih dalam Kehidupan Sehari-hari
7 menit bacaan -
Kemuliaan Allah dalam Kedermawanan
6 menit bacaan -
Kematian dan Harapan Kebangkitan
10 menit bacaan -
Kebahagiaan dalam Kesulitan dan Persaudaraan
10 menit bacaan -
Belas Kasih di Hari Sabat
7 menit bacaan -
Kasih Allah yang Tak Terpisahkan
7 menit bacaan -
Berjuang Masuk Melalui Pintu Sempit
7 menit bacaan